Sunday, March 13

Ketika Tuhan menciptakan Indonesia

Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan- Nya. Malaikat pun bertanya, "Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?" "Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi," kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon. Tuhan melanjutkan, "Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang".Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, "Lalu daerah apakah itu Tuhan?" "O, itu," kata Tuhan, "itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Ku ciptakan ramah tamah,suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni."Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, "Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya? "Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, "Wait, until you see the idiots I put in the government." (tunggu sampai Saya menaruh 'idiot2′ di pemerintahannya)

sumber : http://www.facebook.com/profile.php?id=1228817151

I MISS YOU, I LOVE YOU TOTO (CERPEN)

Siang ini, matahari terik menyinariku. Panas sekali hari ini. Aku baru pulang sekolah. Rasanya pusing sekali. Apalagi masih ada tugas di rumah yang menungguku. Aku sangat lelah hari ini. Jam menunjukan pk 4, tetapi udara sangat panas.

Ketika aku sampai di rumah, aku langsung masuk dan menuju kamarku. Kuambil telepon genggam dan kulihat layarnya. Kulihat ada 7 pesan dari seseorang yang kucintai. Dia adalah pacar yang padahal aku belum pernah menemuinya. Aku tertawa sendiri jika mengingat hal itu. Apalagi jika klihat pesan dan omongan rasa sayang di telepon. Rasanya hanya dia yang membuatku bersemangat untuk menyelesaikan hari demi hari yang kulalui.



Namaku Claudia, aku beragama katolik, dan aku adalah keturunan cina. Aku berumur 17 tahun dan memiliki wajah yang manis. Pacarku adalah orang yang tidak terlalu tampan tapi ia sangat perhatian denganku. Terlihat sekali rasa cintanya kepadaku saat ia menelepon dan mengirim pesan di telepon genggamku. Akupun sangat mencintainya. Aku tidak ingin kehilangan dia.



Pacarku bernama Toto, dia keturunan Jawa. Itulah yang membuatku sedih. Dia keturunan Jawa sedangkan aku keturunan Cina. Aku tahu, orang tuaku tidak akan membolehkan aku berpacaran dengannya. Padahal aku sangat mencintainya. Aku bahkan ingin bertemu dengannya. Aku ingin memeluknya dan menciumnya.



Aku belum pernah bertemu dengan pacarku karena kita berada di daerah yang berbeda. Aku ada di kota Malang, sedangkan dia di Surabaya. Dia sudah berumur 23 tahun, jadi dia sudah bekerja. Menurutku dia adalah orang yang romantis dan aku sangat suka itu. Aku dan dia sangat ingin bertemu tapi dia sibuk bekerja sedangkan aku sibuk sekolah.

Aku sangat kaget ketika membuka pesan darinya. Ternyata dia sekarang berada di Malang. Dia ke Malang khusus untuk bertemu denganku. Aku sangat senang. Semua rasa capek dan lesu yang aq rasakan menjadi sirna ketika aku tahu aku bisa bertemu dengannya sekarang. Ia bilang akan menginap di Malang selama satu minggu. Ia bilang akan menginap di rumah temannya. Aku sangat senang karena tahu hal itu. Aku langsung membalas pesannya dan bilang kalau aku ingin bertemunya besok. Aku minta ia untuk menjemputku saat aku pulang sekolah.



Aku sangat senang dan menanti-nantikan hari esok. Rasanya Tuhan telah mendengar apa yang aku inginkan. Aku langsung menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah itu aku mengerjakan tugas-tugasku. Hari ini kulalui dengan semangat dan bergembira. Terima kasih Tuhan.



Keesokan harinya aku berangkat sekolah sambil bernyanyi-nyanyi. Aku tersenyum membayangkan bagaimana nanti jika aku bertemu dengannya. Hatiku berbunga-bunga, rasanya bahagia sekali. Pagi-pagi aku sudah siap diantar oleh kakakku, aku tidak bangun terlambat hari ini. Hari ini pasti akan sangat menyenangkan.



Hari ini kulalui dengan semangat. Pelajaran di sekolah sangat menyenangkan. Rasanya hari ini adalah anugrah bagiku. Aku tidak sabar lagi untuk menunggu pulang sekolah. Saat-saat aku akan bertemu dengan dia. Dia pacarku yang sangat aku cintai.



“TEEEETTTTT!!!!” akhirnya bel berbunyi tanda waktu pulang sekolah, aku sangat senang. Aku langsung berlari menuju gerbang sekolah. Aku berdiri menunggunya. Menunggu sosok mahluk yang mencintaiku. Aku mencari-carinya, tapi tidak kutemukan. Aku menunggunya. Semakin lama rasanya aku semakin patah semangat, mungkin ia tidak akan dating menemuiku. Aku kecewa. Aku sedih.



Akhirnya kuputuskan untuk berhenti menunggunya. Aku mulai berjalan menelusuri jalan pulang dengan lesu. Aku tidak semangat lagi. Rasanya orang yang kucintai telah pergi dariku. Dia tidak akan pernah dating untuk menemuiku. Aku sedih, sangat sedih, aku berlari sekuat tenagaku sambil menangis. Sampai pada akhirnya aku tepat di depan rumahku.

Aku langsung masuk kamar dan mengambil telepon genggamku. Tidak ada sama sekali pesan dari Toto. Aku mencoba meneleponnya, tapi tidak bisa, telepon genggamnya mati. Aku kecewa, sangat kecewa. Aku menangis sangat keras dan sedih. Pacarku seperti meninggalkanku. Aku benci dia. Dia seperti membohongiku. Aku tidak ingin berhubungan dengannya lagi.



Aku menangis seharian hari itu. Mataku bengkak, air mataku mungkin sudah habis. Aku sudah tidak bisa menangis lagi. Kesedihan ini membuatku tidak ingin hidup lagi. Aku sempat berpikir untuk mengakhiri hidupku. Tapi aku teringat orang tuaku, aku teringat teman-temanku, dan terlebih aku teringat dengan Tuhanku. Aku berdoa untuk menghilangkan kesedihan ini. Aku menjadi lebih tenang. Tidak terlalu sedih lagi.



Keesokan paginya aku bangun dengan badan yang lesu, sangat bertolak belakang dengan kemarin. Ketika tiba-tiba telepon genggamku berdering. Kulihat layarnya menunjukan nomor yang tidak aku ketahui. Kuangkat telepon itu dan kudengar seorang cowok yang berbicara.

Aku sedih, sangat sedih. Setelah mendengar beberapa kata yang diberikannya, telepon genggamku terjatuh, air mata mulai jatuh mengalir di pipiku. Aku jatuh terduduk dan terus menangis. Hatiku hancur dan sakit sekali. Ini sangat menyakitkan. Terlalu menyakitkan.



Hingga saat ini, sedih itu masih terasa. Sedang apa kau di sana, sayang ? apakah kau bahagia ? aku di sini ada untukmu. Jangan sedih sayang, tunggu aku. Aku akan terus mengunjungi kamu. Kamu takperlu merasa kesepian. Aku mulai menangis di depan batu nisan Toto. Sekarang sudah 2 tahun sejak Toto meninggal, tapi aku masih belum bisa melupakannya. Mungkin aku tak akan pernah bisa melupakannya. Kecelakaan yang membawa maut telah merenggutnya dari aku. Dia menyayangiku, dia tidak meninggalkanku. Aku percaya, sekarang ia sedang tersenyum melihatku. I MISS YOU, I LOVE YOU TOTO

by : cynthia novita

Kue Pengalamanku (CERPEN)

Aku memiliki kehidupan yang mewah dan kebutuhan ekonomi keluarga tercukupi. Tinggal di kota Medan dengan kedua orang tua yang sangat sibuk bekerja, sehingga mereka kadang kurang meluangkan waktu untuk memperhatikanku. Mungkin tidak bisa dibilang hanya terkadang, karena tidak jarang mereka tidak memperdulikanku hanya karena urusan pekerjaan. Sehingga sikapku agak kasar dan tomboy. Angeline Cindy Novita itulah namaku. Seorang siswi dari salah satu SMA elite di Medan.



Aku terkadang menjdai sangat sedih, teman-teman di sekolah selalu mengejekku. Sifat tomboy membuatku tidak suka masak apalagi bikin kue. Padahal aku seorang cewek yang harusnya bisa memasak. Aku sangat benci dengan sifat ini. Sampai ketika aku sangat kesal dengan sindiran teman sekelasku, sehingga saat pulang sekolah kubanting buku yang sedang kupegang hingga mengeluarkan bunyi ”BBRAAKKK!!!” dengan sangat keras sampai beberapa teman sekelasku kaget.



Aku langsung berlari keluar dari kelas dan menuju gerbang sekolah. Dengan lesu kutelusuri jalan menuju rumahku. Entah mengapa kali ini terasa begitu sangat jauh dari sudut pandang mataku. Ketika sampai di rumah, aku menaruh tas dan langsung menghempaskan tubuh ke atas ranjang tidur mewahku.



Aku memandangi langit-langit kamar, dan mulai memikirkan sesuatu. Aku bangkit dari tempat tidur, lalu aku raih ganggang telepon dan mulai menekan sederet nomor yang menghubungi bibiku. Ketika kudengar suara orang menjawab teleponku, wajahku langsung senang karena aku tahu bahwa yang mengangkat telepon adalah bibiku, seseorang yang paling kuharapkan pertolongannya saat ini.

”halo ? bibi ? ini cindy!”

”iya cindy, ini bibi, ada perlu apa telepon ?”

”bi, cindy mau bikin kue di rumah bibi, boleh kan bi ?”

”tentu boleh, jadi kapan kamu mau ke rumah bibi buat coba bikin kue ?”

”sekarang juga bisa, lebih cepat kan lebih baik.”

”oke, kalau gitu, bibi tugasnya apa nih ?”

”bibi cuma bertugas kasih komentar aja kog dan juga tolong siapin bahan.”

”beres cin, pokoknya urusan cicip-mencicip serahkan pada bibi aja”

”ya sudah bi, makasih ya, dahh !”



Setelah sambungan telepon terputus, akupun langsung berangkat dengan diantar Mang Ujang, supir pribadiku. Selama di perjalanan aku membayangkan bagaimana nanti ketika aku akan mencoba untuk membuat kueku yang pertama, pasti deg-degan banget, tapi aku yakin pasti bisa. Membuat kue pastilah sangat gampang.



Ketika sampai di tempat tujuanku, terlihatlah sebuah rumah mewah yang tamannya terawat dengan rapi dan udaranya sangat sejuk walaupun pada siang hari. Kupencet bel yang berbunyi nyaring. ”TEEETTT TULALILUTT TEET..!!!” Seseorang yang sudah tidak asing bagiku keluar membukakan pintu dan menyambutku. Orang itu biasa kupanggil Mbak Nining, pembantu di rumah bibiku. Aku menyapanya dan langsung melesat masuk ke dalam rumah bibi.



Kulihat bibi sedang menonton tayangan sinetron kegemarannya. Aku tidak mau mengganggunya, aku langsung menuju ke arah dapur rumah bibi. Kulihat bahan-bahan yang kubutuhkan sudah tersedia semua di sana. Ternyata bibi sudah menyuruh mbak Nining untuk menyiapkan semua bahan ini. Aku senang, karena tidak perlu repot lagi untuk membeli bahan yang kubutuhkan.



Aku membuat kue pertamaku. Selama 2 jam aku berurusan dengan tepung, gula, telur, dan masih banyak bahan lainnya. Karena baru pertama kali, aku masih sangat bingung dalam proses pembuatannya. Aku campurkan segala macam bahan dalam satu wadah. Pada akhirnya, aku cetak dan aku masukkan ke dalam oven.



Setelah selesai, kue kuberikan kepada bibi untuk dicicipi. Aku sangat kecewa dengan komentar bibi. Bibi mengatakan kue pertama buatanku sangat keras dan sangat susah untuk dinikmati. Bibi mengberi menyarankan agar aku menambahkan telur dan baking powder ke dalam adonan kue pertamaku.



Karena aku kurang puas dengan hasil kue pertamaku, langsung saja aku buat kue keduaku. Aku sudah tidak terlalu bingung, aku hanya memakan waktu 1,5 jam. Aku tidak lupa menambahkan baking powder dan telur dalam adonan yang sedang kumasak, lalu kumasukan ke dalam oven untuk dipanggang secara praktis.



Setelah kue keduaku jadi, aku berikan kepada bibi untuk dikomentari seperti yang dilakukan bibi pada kue pertamaku. Aku masih agak kecewa mendengar komentar bibi kali ini. Bibi mengatakan kueku yang kedua ini terlalu manis, harusnya aku tidak terlalu banyak memberi gula ke dalam adonan kue.



Lalu bibi memberitahuku agar belajar dari pengalaman kue pertama dan kue kedua, karena justru sebuah keberhasilan akan diawali dengan pengalaman yang salah. Kata bibi, pengalaman adalah guru yang keras. Pengalaman memberi ujian terlebih dahulu baru pemahamannya.



Lalu akupun membuat kue ketigaku. Aku membutuhkan waktu 1 jam 10 menit untuk membuat kue, karena aku sudah tidak bingung lagi. Aku juga tidak lupa belajar dari pengalaman kue pertama dan kue keduaku. Aku menambahkan baking powder dan telur agar kuenya tidak terlalu keras dan mengurangi gulanya agar tidak terlalu manis.



Setelah kuenya dioven dan jadi, aku berikan kepada bibi untuk melihat penilaiannya. Kali ini senyuman mulai tersirat pada wajahku. Kata bibi, kueku sudah enak, tidak keras dan manisnya pun sangat pas. Lalu bibi memberitahuku, jika kamu ingin membuat kue yang lebih istimewa, kamu harus percaya bahwa kamu bisa, tidak boleh ragu, dan tidak boleh menyepelekan hal-hal yang kecil. Sedikit saja salah, itu dapat mempengaruhi rasa yang dihidangkan pada kue yang kita buat. Tentunya suasana hati kita juga akan berpengaruh. Jika kamu menaruh sedikit saja perasaanmu dalam membuat kue, maka kue itu akan terasa enak, dan kamu juga harus memiliki suasana hati yang senang saat membuat kue agar kue itu juga enak untuk dinikmati.



Itulah pembelajaran sangat berharga yang diberikan bibi saat masa mudaku. Pembelajaran itu sangat berarti bagiku. Pembelajaran yang singkat tetapi dapat membawa kesuksesan bagiku. Kini, aku adalah seorang koki pada sebuah restoran kue ternama di australia, dan pembelajaran berharga itu akan selalu aku ingat. Terima kasih untuk bibi yang sudah memberikan pelajaran berharga di waktu yang singkat saat masa mudaku.



by : cynthia novita

Saturday, March 12

new new NEW !!! horee

wew .. senengnya .. sekarang aku udah kelas 8 .. dulu waktu aku buat blog ini waktu ak masih kls 7 semua post uda ak hapus karena ak mau edit ulang maklum, ak jarang bgt buka blog ku, jadi ak coba buat dari awal semua ne mau tak edit + ganti semoga aja blog yang ak perbarui ini bisa lebih bagus dari yang sebelum e .. tapi yang pasti ak seneng ternyata masih bisa buka blog ini walaupun udah 1 tahun gak aku buka thx be4 ^^ with loph dut